MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
TUGAS II
NAMA : NAUFAL
RAFII FARRAS
NPM : 17414861
KELAS :
1IB06
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DAFTAR ISI
Pengertian Keindahan............................................................................................................ 1
Nilai-nilai Keindahan
Manusia.............................................................................................. 4
Nilai ekstrinsik
Nilai
intrinsik
Pengertian Penderitaan dan
Siksaan...................................................................................... 5
Pengertian
Renungan............................................................................................................. 7
Pengertian
Phobia.................................................................................................................. 10
Pendapat Mengenai Penderitaan
Seseorang........................................................................... 16
Daftar
Pustaka..........................................................................................................................17
PENGERTIAN KEINDAHAN
Keindahan atau keelokan merupakan
sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan
pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan
diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial,
dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang
dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu
budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman "keindahan" sering melibatkan penafsiran
beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan
perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman
subyektif, sering dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder
atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya."
Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος,
kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos.
Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat
etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti "jam."
Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di
jam (waktu) yang sepatutnya."
Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan
seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua
mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani
Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk "muda" dan "usia
matang."
Keindahan berasal dari kata
indah yang berarti bagus, cantik, elok dan molek.Keindahan identik dengan
kebenaran segala yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun
kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya
tidak indah. Keindahan yang bersipat universal, yaitu keindahan yang tak
terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu. Ia bersipat
menyeluruh
Segala sesuatu yang yang
mempunyai sipat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia
dengan segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya.
Dalam bahasa Latin,
keindahan diterjemahkan dari kata “belum”Akar katanya adalam “benum” yang
berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris menjadi kata “beatiful”, Prancis “beao”
sedangkan Italy dan Spanyol”beloo”
Selain
itu menurut luasnya dibedakan pengertian:
1. Keindahan dalam arti luas.
Selanjutnya The Liang Gie
menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan.
Misalnya Plato menyebut watak dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan.
Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :
· keindahan seni
· keindahan alam
· keindahan moral
· keindahan intelektual.
2. Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam arti estetik
murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya
dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang
terbatas, mempunyai arti yang lebih sempit sehingga hanya menyangkut
benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan (mata), yakni berupa
keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan
kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang
berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang
selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Pengertian keindahan menurut para ahli :
1.
Menurut Leo Tolstoy (Rusia)
Dalam bahasa Rusia keindahan
diistilahkan dengan kata “krasota” yang berarti suatu yang mendatangkan rasa
menyenangkan bagi yang melihat dengan mata. Bangsa Rusia tidak mempunyai
pengertian keindahan untuk musik.
2.
Menurut Alexander Baumgarten (Jerman)
Keindahan itu dipandang
sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian
yang bagian-bagian itu erat hubungannya satu dengan yang lain juga dengan
keseluruhan.
3.
Menurut Sulzer
Yang indah itu hanyalah yang
baik. Jika belum baik, ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk
perasaan moral. Jadi ciptaan amoral adalah tidak indah, karena tidak dapat
digunakan untuk memupuk moral.
4.
Menurut Winchelman
Keindahan itu dapat terlepas
sama sekali daripada kebaikan.
5.
Menurut Shaftesbury (Jerman)
Yang indah itu adalah yang
memiliki proporsi yang harmonis, karena itu nyata, maka keindahan itu dapat
disamakan dengan kebaikan.
6.
Menurut Humo (Inggris)
Keindahan adalah sesuatu
yang dapat mendatangkan rasa senang.
7.
Menurut Hemsterhuis (Belanda)
Yang indah adalah yang
paling banyak mendatangkan rasa senang dalam waktu sesingkat-singkatnya.
8.
Menurut Emmanuel Kant
Keindahan terdiri dari 2
segi, yaitu subjektif dan objektif.
9.
Menurut al – Ghazzali
Hal yang paling indah ialah
yang mempunya semua sifat-sifat perfeksi yang khas bagi karangan atau tulisan,
seperti keharmonisan huruf-huruf, hubungan arti yang tepat satu sama lainnya,
pelanjutan dan spasi yang tepat dan susunan yang menyenangkan.
NILAI-NILAI KEINDAHAN MANUSIA
A.
NILAI EKSTRINSIK
Pengertian ekstrinsik adalah sifat
baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya ,
yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.
Contohnya : puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi,
baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
B. NILAI
INTRINSIK
Pengertian intrinsik adalah sifat
baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi
kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan
kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .
Nilai keindahan instrinsik adalah
nilai bentuk seni yang dapat diindera dengan mata, telinga atau keduanya. Nilai
bentuk ini kadang juga disebut nilai struktur yaitu bagaimana cara menyusun
nilai-nilai ekstrinsiknya atau bahannya berupa rangkaian peristiwa. Semuanya
disusun begitu rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang berstruktur dan dinamai
nilai instrinsik. Cara menyusun bentuk tadi melahirkan sebuah cerita. Kumpulan
peristiwa yang sama oleh dua orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan
urutan atau struktur yang berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda.
Demikian banyaknya hasil seni budaya
dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik dan pendekatan intrinsik melalui
proses penghayatan kita dapat mengetahui alasan mereka atau seniman menciptakan
keindahan melalui hasil seni. Kalau Bagong Kussudiarjo ditanya mengapa ia
menciptakan berbagai kreasi tarian baru yang menggambarkan kehidupan nelayan,
petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai macam jawaban mungkin ia ingin mengabadikan
kegiatan masing-masing pekerjaan itu pada zamannya. Karena kelak apabila
teknologi maju memasuki wilayah itu kegiatan mereka itu akan lain bentuknya.
Atau mungkin ia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa keindahan itu tidak
hanya dapat di kota-kota saja, dan yang menggemari keindahan itu bukan hanya
para cendikiawan saja, tetapi di masyarakat, nelayan, buruh pabrik dan petani
yang setiap hari berjuang demi sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
PENGERTIAN
PENDERITAAN DAN SIKSAAN
Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau
lahir batin.
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang,
atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko"
hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga
memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia
sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah
diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap
atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit
demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia
waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya
penderitaan.
Siksaan
Siksaan atau
penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan
rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang
menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan
sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam,
hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk
propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat
digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan
juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk
mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.
Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk
memaksakanpindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan
hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi
manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan
Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak
melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau
tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention
Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan
rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau
pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga.
Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International
memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi
perjanjian-perjanjian tersebut.
PENGERTIAN RENUNGAN
Renungan
berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung
untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori
pengungkapan. Teori metafisik dan teori psikologik.
Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an
expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan
manusia ). Teori ini terutarna bertalian dengan apa yang dialarni oleh seorang
seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling
terkenal ialah filsuf ltalia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang
telah diterjemahkan kedalarn bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion
and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression
of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah
sarna dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperole
hmelalui penghayatan tentang hal-hal individuil yang menghasilkan garnbaran
angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai
garnbaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi
seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalarn dirinya tanpa perlu
adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain
adalah ekspresi dalarn garnbaran angan-angan.
Seorang
tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa
kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang
seseorang telah mengalarninya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan
perantaraan pelbagai gerak,garis, warna, suardan bentuk yang diungkapkan dalarn
kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang
sarna.
Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis
merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dati Plato yang
karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi
keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori
peniruan (imitation theory). lni sesuai dengan metafisika Plato yang
mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi.
Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang
merupakancerminansemu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat
manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dad realita duniawi Sebagai contoh
Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi, asli dan indah sempuma ciptaan
Tuhan. Kemudian dalarn dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan
ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhimya seniman meniru ranjang kayu itu
dengan menggambarkannya dalarn sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan
adalah suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat
menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dati negara
Republik yang ideal menurut Plato.
Dalarn jarnan modem suatu teori seni
lainnya yang juga bercorak metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur
Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari
pemaharnan terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu keinginan
(will) yang sementara. Dunia obyektif sebagai ide hanyalah wujud luar dari
keinginan itu. Selanjutnya ide-ide itu mempunyai perwujudan sebagai benda-benda
khusus. Pengetahuan sehari-hari adalah pengetahuan praktis yang berhubungan
dengan benda-benda itu. Tapi ada pengetahuarr yang lebih tinggi kedudukannya,
yakni yang diperoleh bilamana pikiran diarahkan kepada ide-ide dan
merenungkannya demi ide-ide itu sendiri. Dengan melalui perenungan semacam ini
lahirlah karya seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan
perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya
dan sampai pada maknanya yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
Teori Psikologis
Teori-teori
metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan
konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak
memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam
abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam
pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya
berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya
seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar
dari keinginan-keinginan itu.
Suatu
teori lain tentang sumber seni ialah teori perrnainan yang dikembangkan oleh
Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut
Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play
impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam perrnainan
menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya
kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu berperanan
untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian
menciut karena disia-siakan. Seseorang yang semakin meningkat taraf
kehidupannya tidak memakai habis energinya untuk keperluan sehari-hari,
kelebihan Tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan
rangkaian permainan Yang imaginatif dan kegiatan yang akhimya menghasilkan karyaseni.
Teori permainan tentang seni tidak sepenuhnya diterima oleh para ahli estetik.
Kebel’3tan pokok yang dapat diajukan ialah bahwapermainan merupakan suatu
kreasi, padahal seni adalahkegiatan yang seriusdan pada dasamya kreatif.
Sebuah
teori lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan
(signification Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang atau tanda dari
perasaan manusia. Simbol atau tanda yang menyerupai atau mirip dengan benda
yang dilambangkan disebut iconic sign (tanda serupa), misalnya tanda lalu
lintas yang memperingatkan jalan yang berbelok-belok dengan semacam huruf Z
adalah suatu tanda yang serupa atau mirip dengan keadaan jalan yang dilalui.
Menurut teori penandaan itu karya seni adalah iconic signs dari proses
psikologis yang berlangsung dalam diri manusia, khususnya tanda-tanda dari
perasaannya. Sebagai contoh sebuah lagu dengan irama naik turun dan alunan
cepat lambat serta akhimya berhenti adalah simbol atau tanda dari kehidupan
manusia dengan pelbagai perasaannya yang ada pasang atau surut serta
tergesa-gesa atau santainya dan ada akhimya.
PENGERTIAN PHOBIA
Definisi Phobia
Kata
“phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan
panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak
zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan
yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak
masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang
ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya.
Konsep takut dan cemas betautan erat. Takut adalah
perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan
fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa
takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.
Phobia
didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu yang
diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional, dengan bahaya yang
dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai
sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa
pengertian phobia menurut ahli Siti Meitchati ( 1983;22) :
adalah ketakutan yang tidak terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau
kejadian tanpa diketahui sebabnya. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan
Farah 2011)
Defenisi
phobia menurut kamus psikologi adalah suatu ketakutan yang kuat, terus menerus
dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu perangsang atau situasi khusus,
seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap tempat tertentu. Sementara
kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia sebagai ketakutan atau
kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa dikontrol terhadap suatu
situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah ketajutan yang tak beralasan,
yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun malu, ditekan. Kemudian
berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu terpendamlah konflik atau
frustasi yang dialaminya. Jadi phobia adalah rasa takut yang
berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang membuat hidup seseorang yang
menderitanya terhambat.
Beberapa pendapat ahli yang
mendefinisikan fobia yaitu Jaspers (1923) mendefinisikan fobia sebagai rasa
takut yang sangat dnan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas
yang biasa. Ross (1937) berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang khas
yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi
tidak dapat mengatasinya. Errera (1962) adalah rasa takut yang selalu ada
terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan
rasa takut.
James Drever(1986:346) :
Kengerian atau ketakutan yang tidak terkendali yang pada umumnya disebabkan
sifat abnormal terhadap situasi dan objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
Jenis Phobia
Hal yang aneh
tentang fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang
biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia mengalami
ketakutan untuk hal-hal yang amat biasa, seperti naik elevator atau naik mobil
di jalan raya. Dengan contoh ini, dapat diketahui bahwa fobia dapat mengganggu
bila berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari seperti naik kendaraan, berbelanja,
atau pergi keluar rumah. Berikut ini adalah tiga tipe fobia berdasarkan sistem
DSM, yaitu fobia spesifik, fobia sosial, dan agorafobia.
a) Fobia Spesifik
Fobia spesifik
adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi
spesifik, seperti:
• Acrophobia: takut terhadap
ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan bagi penderita
fobia ini.
• Claustrophobia: takut terhadap
tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan fobia jenis ini sering berada di
taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
• Fobia binatang: takut terhadap
binatang tertentu seperti tikus, ular, atau binatang-binatang menjijikkan.Anda
bisa saja mempunyai ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila
ketakutan itu mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres
emosional yang signifikan di dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya
membayangkan hewan itu), maka barulah Anda mengalami fobia.
• Fobia benda-benda tertentu:
seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti, tetapi jarumnya),
pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
b) Fobia Sosial
Fobia sosial
adalah ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau ramai sehingga mereka
mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distres
yang amat berkecamuk. Penderita fobia sosial mengalami ketakutan terhadap
situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta, pertemuan-pertemuan sosial,
bahkan presentasi untuk ujian. Fobia
sosial yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari
orang lain, dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin
mereka merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti
setiap gerak yang mereka lakukan. Contoh umum untuk fobia jenis ini adalah:
• Demam panggung yang berlebihan
• Kecemasan berbicara di forum yang
berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat sekalipun.
• Kecemasan meminta sesuatu,
seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan atau teman
menertawai makanan yang mereka pesan.
• Ketakutan bertemu dengan orang
baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam hal sosial.
Fobia jenis
ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya, seperti kualitas untuk
mencapai sasaran pendidikan , maju dalam karier, atau bertahan dalam pekerjaan
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara langsung.Sekali fobia
sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
c) Agrofobia
Agorafobia
secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda dengan fobia
sosial, agorafobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-orang di
tempat yang sepi). Agorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau
situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika
ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan
agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penih sesak,
bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit
meminta pertolongan.
Teori Phobia
Beberapa teori yang memberikan
kontribusi tentang adanya phobia
1) Teori Psikoanalisis
Freud adalah
orang pertama yang mencoba menjelaskan secara sistematis perkembangan perilaku
fobia. Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang
disebabkan oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari
impuls id yang ditakuti dan berpindah ke suatu objek atau situasi yang memiliki
koneksi simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego untuk menghindari konfrontasi
dengan masalah sebenarnya, yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
2) Teori
Behaviorial
Teori ini
berfokus pada pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Salah satu
pembelajarannya adalahAvoidence Conditioning : penjelasan utama behavioral
tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan respons avoidence yang
dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi oleh teori dua faktor
yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa fobia berkembang dari dua
rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a)
Melalui classikal conditioning seseorang dapat
belajar untuk takut pada sesuatu stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut
dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinsik menyakitkan atau menakutkan
(UCS).
b)
Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut
yang dikondisikan tersebut dengn melarikan diri atau menghindari CS. Jenis
pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant conditioning; respon dipertahankan
oleh konsekuensi mengurang ketakutan yang menguatkan.
Teori Kognitif
Teori ini
berfokus pada bagaimana proses berfikir manusia dapat berperan sebagai
diathesis dan pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Kecemasan
dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif,
menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam,
dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terjadi di masa mendatang (Heinrichs & Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori kognitif
mengenai fobia juga relevan untuk berbagai fitur lain dalam gangguan ini rasa
takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya tampak
irasional bagi mereka yang mengalaminya. Fenomena ini dapat terjadi karena rasa
takut terjadi melalui proses-proses otomatis yang terjadi pada awal kehidupan dan
tidak disadari. Setelah proses awal tersebut, stimulus dihindari sehingga tidak
diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan rasa takut tersebut (Amir.
Foa, & Coles, 1998).
Gejala
Bila seseorang
yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang
membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
a) Jantung berdebar kencang
b) Kesulitan mengatur napas
c) Dada terasa sakit
d) Wajah memerah dan berkeringat
e) Merasa sakit
f) Gemetar
g) Pusing
h) Mulut terasa kering
i) Merasa perlu pergi ke toilet
j) Merasa lemas dan akhirnya pingsan
Penyebab
Phobia dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena
pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai
perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah
sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana
menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah
mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang
dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang
menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang
atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut
disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang,
nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir
dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai
keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi
kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus
phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut.
Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada
rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul
kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Menurut kartini kartono phobia
dapat disebabkan oleh:
a) Pernah
mengalami ketakutan yang hebat
b) Pengalaman asli ini dibarengi rasa malu
dan rasa bersalah kemudian semua ditekan
untuk melupakan kejadian-kejadian tersebut.
c) Jika mengalami stimulus yang sama akan
timbul respon yang bersyarat kembali, sungguhpun peristiwa pengalaman yang asli
sudah dilupakan. Respon-respon ketakutan hebat selalu timbul kembali sungguhpun
ada usaha-usaha untuk menekan dan melenyepkan respon tersebut.
Secara spesifik, rasa takut dapat
disebabkan antara lain:
a. pengaruh filogenetik
b. pengaruh keturunan
c. kepribadian
d. pengaruh budaya dan daerah
e. pengaruh faal (fungsi) tubuh
f. faktor biokimia
g. trauma dan tekanan
h. teladan orang lain
i. dll
PENDAPAT MENGENAI PENDERITAAN SESEORANG
Penderitaan
seseorang dapat dilihat dari berbagai sisi. Dari sisi internal atau dari dalam
diri seseorang tersebut penderitaan merupakan sesuatu yang membuat segalanya
menjadi berjalan tidak lancar. Seseorang yang sedang mengalami penderitaan di
dalam dirinya pasti merasakan sebuah keputus asaan. Dirinya merasa tidak mampu
menanggung beban penderitaannya sendiri hingga tak jarang sebuah penderitaan berujung
dengan kematian karena bunuh diri dan lain-lain. Dari sisi eksternal, seseorang
yang mengalami penderitaan biasanya akan berdampak terhadap kehidupan
sosialnya. Penderitaan yang dirasakan
sangat berat akan memberikan efek eksternal terhadap dirinya sendiri, contohnya
seseorang tersebut akan sangat tertutup dengan kelompok sosialnya.
Seseorang yang
mengalami penderitaan perlu bantuan orang lain agar dirinya tidak merasa
sendirian mengalami penderitaan. Mereka perlu dipandu agar tidak salah
mengartikan penderitaannya, karena pada dasarnya seseorang yang menderita itu
sebenarnya sedang diangkat derajatnya oleh Tuhan, apakah dia mampu melewatinya
atau tidak. Tetapi kebanyakan yang mengalami penderitaan pasti tidak akan
berpikir demikian termasuk diri kita sendiri. Karena cakupan efeknya yang luas,
penderitaan pun seharusnya bisa dibagi dengan orang lain. Artinya bukan membagi
atau membuat orang lain mengalami penderitaan yang sama tetapi dibagi disini
adalah untuk mencari solusi dari penderitaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
efek negatif yang ditimbulkan dari seseorang yang sedang mengalami penderitaan
akan semakin berkurang.
Jadi, jelas
bahwa seseorang yang mengalami sebuah penderitaan sangat butuh untuk dibantu.
Bantuan dapat dengan dorongan moral, solusi, atau doa. Mereka perlu diantarkan
ke zona aman mereka agar mereka bisa kembali lagi memulai sesuatu yang awalnya
terhalang penderitaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://sarahandreinaj.blogspot.com/2013/10/keindahan-yang-mengandung-nilai.html
http://bchymera.blogspot.com/2010/03/fobia-dan-cara-mengatasinya.htmlhttp://www.adipedia.com/2011/05/macam-macam-jenis-takut-fobia.html
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Fobia+Social
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Fobia+Social
http://catatanmingguanku.blogspot.com/2012/02/pengertian-macam-dan-cara-mengatasi.html
http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/gangguan-psikologis-phobia.html
http://www.tanyadok.com/kesehatan/takut-fobia